Cinta tulus menyatukan perbedaan

Picture: Here
Picture: Here

Bajrangi Bhaijaan, entah apa arti dari judul filem India itu. Kurang lebih dua bulan lamanya filem itu tersimpan tak berdaya dalam penyimpan portabel kami. Kami masih enggan menonton filem nan dibintangi oleh Salman Khan ini karena tatkala kami tanya perihal filem ini dia menjawab “Tentang seorang gadis Pakistan yang tersesat di India dan berusaha dikembalikan ke Pakistan oleh salah seorang India..”

Adik kami tampaknya suka sekali dengan filem ini, kami coba menonton cepat, langsung kurang berkenan. Karena walau gemar dengan filem India bukan berarti kami lebih mencintai India dibandingkan Pakistan. Pakistan adalah salah satu negeri Islam nan berkeinginan kami untuk dikunjungi.

Namun, malam itu entah kenapa kami berkeinginan untuk menontonnya. Maka mulailah kami memutar filem tersebut, sungguh kami jatuh hati dengan keindahan alam Negeri Kashmir itu, patutlah India tiada hendak melepaskannya. Serupa di Eropa saja, tepatnya di Negeri Swiss, serupa dengan yang dikatakan kanak-kanak dalam filem ini.

Filem ini mengisahkan perihal seorang gadis yang bernama Shahida (Harshaali Malhotra) berasal dari Kampung Sultanpur Negeri Kashmir. Dia terpisah dari bundanya tatkala hendak kembali ke Kashimir selepas menziarahi tempat keramat salah seorang ulama di Bandar Delhi. Perpisahan ini menghantarkan Shahida bersua dengan Pawan Kumar Chaturvedi (Salman Khan) atau Bajrangi seorang Hindu penyembah Dewa Hanoman.

Pawan, demikian dia dipanggil ialah seorang penyembah Hanoman yang taat menjalankan ajaran agamanya. Hal tersebut membuat dia terlihat lugu, terlalu jujur, dan sangat enggan atau takut apabila memasuki tempat ibadah agama lain. Namun hatinya sangatlah bersih dan mulia, karena iba makanya ditolongnyalah Shahida yang terlantar jauh dari kampungnya itu. Sungguh malang lagi, Shahida tiada pandai bercakap sehingga Pawan memberi dia nama Muni.

Pawan tinggal di rumah Dayanand (Sharat Saxena) seorang pelatih gulat di Delhi yang merupakan kawan karib ayahnya dahulu. Dayanand juga penganut Hindu yang taat yang memastikan di rumahnya tiada tinggal orang nan berlainan agama dengan dirinya. Dia memiliki seorang anak perempuan yang bekerja sebagai guru, seorang Encik Guru ia, namanya Rasika (Kareena Kapoor). Dan tentu saja, mereka saling jatuh cinta, sudah dapat kita terka, belum India dia kalau belum ada cinta-cintaan.

Awalnya para penghuni rumah tiada tahu kalau gadis kanak-kanak nan mereka panggil Muni itu ialah seorang muslim dan berasal dari Pakistan, musuh bebuyutan mereka. Tatkala akhirnya rahasia itu terbongkar jua maka Pawan segera mendapat ultimatum dari calon mertuanya “Muni mesti hengkang dari rumah, segera kembalikan ia ke Pakistan”.

Disini muncul permasalahan:

(1) Muni tiada dapat bercakap sehingga tiada diketahui namanya, siapa orang tuanya, dan di wilayah mana dari Pakistan ia berasal

(2) Kedutaan Pakistan di Delhi ditutup selama sebulan karena kerusuhan

(3) Tak ada visa berarti tak dapat masuk ke Pakistan, sedangkan mertua tersayang sudah memberi ultimatum.

Semula Pawan menuruti tawaran dari seorang agen perjalanan yang berjanji akan mengantarkan Shahida ke Pakistan melalui agen perantara yang dapat dipastikan Ilegal. Namun akhirnya rencana itu gagal karena diketahui agen tersebut rupanya berniat menjual Shahida ke seorang Germo untuk dididik menjadi Wanita Penghibur. Oleh karena itu Pawan memutuskan untuk mengantar sendiri Shahida ke Pakistan.

Seenjak permulaan filem ini telah disisipi dengan kisah-kisah lawak nan menggemaskan, namun kisah lawan nan lain masih banyak nan menanti selama perjalanan Pawan mengantarkan Shahida. Dimulai semenjak mereka menyeberangi perbatasan, ditangkap polisi Pakistan dikarenakan Shahida sangat berminat dengan borgol, lari dan main kucing-kucingan dengan polisi, dan lain sebagainya.

Menurut situs nan kami baca, filem ini termasuk filem India terlaris bahkan mengalahkan 3 Idiot dan PK yang terkenal itu. Kisah nan menarik, ringan, dan langsung menyentuh relung terdalam hati ini patut diberikan jempol nan sangat banyak.

One thought on “Cinta tulus menyatukan perbedaan

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.