Tiada Malu

“Malu itu ialah kulitnya Iman..” demikianlah kaji nan kami dengar dahulu di surau. Ketika itu Engku Guru menerangkan perihal akhlak perempuan nan suka memperlihatkan aurat. Tiada malu ia kepada ayahnya, saudara lelakinya, mamaknya, kepada keluarganya, dan terutama kepada Allah “Sedangkan Saidina Ali saja tatkala tersingkap kain nan menutupi betisnya karena diterbangkan angin sudah merah mukanya..” lanjut engku guru.

Namun kami pernah mendengar kalau malu tiadak sekadar perka berpakaian atau menutupi aurat. Akan tetapi juga perkara sikap dan tingkah laku, misalnya malu karena buang sampah sembarangan, malu karena tidak antri, malu karena acap lalai, malu karena tiada memantu orang padahal ada kesanggupan, dan masih banyak lagi malu nan lain.

Malu yang lebih penting lagi ialah malu karena berkata dusta. Suka menipu orang, bermuka dua, manis mulut, tiada dapat dipegang ucapannya, serta suka menimpakan kesalahan pada orang lain. Atau kata orang kampung kami “Ciluah” atau “Cadiak Buruak” memiliki makna yang sama: jahanam. Itulah penyakit nan sangat berbahaya.

Demikianlah Bung Hatta telah mengingatkan kita perkara jenis manusia nan serupa ini. Tampaknya beliau sendiri sudah putus harapan menghadapi orang nan memiliki sifat serupa itu. Amat susah diperbaiki apalagi diidap oleh orang nan sudah tua. Betung[1] nan sudah tua tiada dapat dibentuk lagi, dapat pecah ia. Demikian pula kata pepatah “Kecil teranjak-anjak, besar terbawa-bawa, sudah tua terobah tidak..”

Syukur-syukur orang serupa ini hanyalah orang biasa nan tiada memiliki kuasa terhadap orang lain. Kecuali tentunya kepada sanak keluarganya saja. Namun apabila seseorang nan memiliki pengaruh ataupun jabatan! Dimana dia dapat mempengaruhi kehidupan banyak orang, Tentulah malapetaka jua yang akan menghampiri.

Pandai bercakap atau manis mulut, pandai merubah raut wajah menjadi orang nan menyenangkan, pandai pula mempengaruhi orang lain. Namun tiada berani bertanggung jawab, menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan. Tiada memiliki keahlian selain dari mulutnya yang manis, tiada memiliki rasa tanggung jawab selain dari pada nafsu yang selalu hendak di atas orang lain.

Singkat kata, Tiada Punya Malu Dia..

_________________________
[1] Bambu

View on Path

One thought on “Tiada Malu

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.