Catatan dari Bali (Bagian.14)

Mesti berhati-hati dengan barang bawaan, dapat saja tertinggal. Tiada angkot di Bali yang ada hanyalah Taksi.

Berpose bersama engku Nyoman & kawan-kawan
Berpose bersama engku Nyoman & kawan-kawan

Pukul setengah empat kurang lima menit kami berangkat dari Pura Tirta Empul, tujuan berikutnya ialah sebuah pasar oleh-oleh dimana dahaga para pecandu belanja dapat terpuaskan di tempat ini. Tak berapa jauh bus kami berjalan, tiba-tiba salah seorang kawan kami berseru mengiba “Duhai, tertinggal agaknya kamera kami di tempat belanja tadi..” kamipun terkejut.

Ramailah suara kicau terdengar di dalam bus “Cobalah rangkayo periksa benar-benar dahulu..” namun setelah diperiksa, kamera yang dimaksud tiada bersua. Merataplah kawan kami ini dibuatnya.

Menurut kawan kami ini kemungkinan kameranya tertinggal di kedai dekat orang menjual mukena – terkejut kami tatkala mengetahui ada orang menjual mukena di tempat pelancongan sejenis pura di Bali – disangkanya kamera telah dibawa karena sarang kamera telah ditangan. Rupanya karena kesenangan belanja menjadi lupa denga kamera yang penuh dengan kenang-kenangan itu.

Berpose bersama di pintu masuk Kedai Dewata
Berpose bersama di pintu masuk Kedai Dewata

Awalnya rangkayo ini sudah dapat mengikhlaskan namun fikiran baru merasukinya, hendak kembali mencari kamera karena penuh akan kenangan selama di Bali. Maka disepakatilah hendak kembali dengan ojek ataupun taksi sesampainya di pasar yang dimaksud. Engku Nyoman agaknya menahan kesal namun air muka ramahnya tiada berubah, diyakininya kawan kami kalau kamera yang hilang itu tiada akan dapat tersua kembali. Kami faham maksudnya sebab apabila dilayani benar keinginan rangkayo ini maka dirinyalah yang akan susah dibuatnya. Sebab rangkayo ini minta dikawani kembali ke Tirta Empul.

Rupanya pasar yang dimaksud tutup karena merayakan Hari Raya Galungan, maka pergilah kami ke kedai oleh-oleh yang terletak di Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai.

Selama perjalanan Engku Nyoman tampa terpengaruh suasana masih sempat menjelaskan perihal pura yang terletak di dekat Istana Kepresidenan. Istana tersebut bernama Tampak Siring yang dibangun semasa pemerintahan Presiden Soekarno. Tampak Siring berasal dari dua kata yakni Tampak yang berarti Bekas dan Siring yang berarti Miring. Demikianlah penjelasan dari engku Nyoman.

Kawan-kawan yang tengah duduk-duduk selepas belanja
Kawan-kawan yang tengah duduk-duduk selepas belanja

Kami sampai di kedai oleh-oleh yang bernama Dewata. Disini rangkayo kawan kami akhirnya dikawani oleh salah seorang petugas kedai ke Pura Tirta Empul dengan mengendarai onda. Adapun dengan kami kembali berbelanja, disini kami membeli dua buah baju kaos untuk oleh-oleh. Adapun dengan kawan-kawan berbelanja cukup banyak pula, tiada habis-habis dahaga mereka kiranya.

Di kedai ini kembali kami dapati pemandangan serupa dengan dua kedai lain yang telah kami kunjungi, sebuah cindera mata yang aneh sekali bentuknya yang membuat kami geleng-geleng kepala dibuatnya. Salah seorang kawan kami ambil gambarnya sambil memegang benda ini.

Cukup lama kami berhenti, walau kebanyakan kawan-kawan sudah selesai berbelanja. Di luar rupanya ada penjual pangsit, beberapa orang kawan yang kelaparan membeli pangsit ini. Kami tiada ikut walau perut ini keroncongan pula, cemas kami. Ketika kami tanyakan kepada kawan perihal kehalalannya, kawan kami menjawab “Kan ayam, mestilah halal..” atau ada yang menjawab sini bak orang yang paling faham agama “Ucap saja do’a dan bershalawat kepada nabi sekian kali kalau engku ragu..”

Sesungguhnya yang kami tanyakan bukan perkara demikian, namun sudahlah, sebagian besar dari kawan-kawan kami tiada hendak peduli atau hendak menyederhanakan persoalan. Tiada berhati-hati mereka dengan perkara yang satu ini. Jangankan mengenai kehalalan yang satu ini yang masih belum jelas, beberapa orang pada keesokan harinya kami dapati membeli bir. Entah karena ingin gagah-gagahan atau memang seorang peminum, kami tiada faham. Mengingat kejadian sehari ini dimana ada yang meminta ditato, kami faham akan mereka.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.