Kasih kepada binatang

Picture: https://www.manfrotto.co.uk

Sejauh pengalaman kami dan kami dengar dari orang-orang, tukang pangkas rambut merupakan jenis orang nan gemar bercerita. Kami lihat mereka suka hilang akal apabila berhadapan dengan pelanggan nan pendiam. Apabila ditanggapi pembicaraannya maka mereka akan semakin bersemangat dalam bekerja.

Dahulu semasa kami kanak-kanak, kedai tukang pangkas ramai oleh para engku-engku. Bukan hendak memangkas rambut (walau ada jua nan menanti giliran untuk dipangkas) melainkan sekadar bertukar kisah, cerita, dan kabar. Apakah itu tentang pengalaman mereka, perkara politik, atau sekadar berbagi kenangan masa lalu.

Ada jua tukang pangkas nan menyediakan papan catur di kedainya, sehingga para penggemar permainan ini acap datang. Atau ada jua nan menyediakan domino yang merupakan permainan kegemaran kaum lelaki di kampung kami.

Beberapa hari nan silam kami memangkas rambut nan mulai tak sedap dipandang ini. Tukang pangkas nan tampaknya berumur lebih muda dari kami mulai berbasa-basi menanyakan kampung dan pekerjaan kami. Maka berawal dari itu mulailah ia berkisah mengenai kegemarannya memancing.

Si engku merupakan penggemar memancing “Namun tak begitu terlalu..” demikian kisahnya “Tak dapat memancing, tak mengapa..” kisahnya. Selain memancing ia juga gemar mamikek buruang[1], dikisahkanyalah bahwa beberapa orang kawannya suka mamikek buruang ke rimba di kampung kami.

Kemudian si engku juga olahraga menembak dengan menggunakan senapan angin. Biasanya nan menjadi sasaran ialah tupai atau burung. Namun si engku berkisah kalau kawan-kawannya suka menjadikan kera sebagai sasaran “Kalau kera awak tak suka tuan..” ujarnya “Iba awak melihatnya, terutama kera nan membawa anak..”

Terkenang kami dengan sebuah berita nan kami tengok di tipi, Orang Utan dan Bayinya nan baru berumur 1 bulan ditemukan dalam keadaan nan menyedihkan. Setelah diselamatkan, rupanya dalam tubuh induk Orang Utan itu ditemukan 70 buah peluru bedil angin[2] sedangkan bayinya dalam keadaan tertekan (stress) dan kekurangan nutrisi. Kabar terakhir kami dengar bayi orang utan akhirnya meninggal.

Sungguh kami terkejut dan geram, padahal dalam Syari’at kita diajarkan bagaimana adab memperlakukan binatang. Bahkan Rasulullah sendiri amat sayang pada binatang. Namun disatu sisi kami terpaksa memahami bahwa penduduk yang tanaman kebunnya acap mendapat serangan dari binatang liar tentulah amat geram. Demikianlah cara mereka mempertahankan diri, sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Kami ceritakan kisah tersebut kepada si engku tukang pangkas. Semoga dapat menjadi pelajaran baginya dan mendatangkan keinsyafan pada dirinya.

_______________________________________

Catatan Kaki:

[1] Menangkap burung dengan menggunakan burung sebagai umpan serta dengan perangkap seperti getah atau jaring yang telah disiapkan.
[2] Senapan angin

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.