Tak peduli usia

Pict: http://www.wallpapers-web.com

Pernah dahulu seorang kawan becerita kepada kami “Engkau tahu tidak? orang dewasa itu sama pula perangai mereka dengan kita apabila sudah berkumpul mereka sesama gedang..”

Kami tiada faham apa nan dimaksudkan kawan kami ini, setahu kami orang dewasa itu hemat bercakap, menyapa nan lebih muda apabila ada nan janggal tampak oleh mereka, memberi perintah, memutuskan, dan tiada boleh disanggah. Kalau bergurau sesama mereka ya sekenanya saja, tak serupa kami-kami nan masih bujang belia, sampai menarik, mendorong, atau menggelitik.

Kemudian bertahun-tahun kemudian baru kami fahami maksud kawan kami tersebut. Orang dewasa akan menjaga ucapan dan perilaku mereka di hadapan orang yang lebih muda atau lebih tua dari mereka. Namun apabila telah berkumpul sesama mereka, maka mereka akan bersikap bebaslah mereka. Gelak terbahak-bahak, saling teriak, melempar canda dan gurau dan lain sebagainiya.

Namun rupanya tak hanya itu, agaknya apa yang berlaku di dunia orang yang jauh lebih tua dari kita masih menjadi dunia yang gelap tak terjangkau (misteri) bagi kita yang masih belum mencapainya. Jangankan itu, dunia orang nan lebih muda dari kita saja sudah payah difahami karena perbedaan zaman yang begitu mencolok pada masa sekarang.

Demikianlah nan kami dapati tatkala dua orang engku sedang bercakap-cakap perihal suatu perkara nan sebenarnya sangat pantang dibahas di dekat orang nan lebih muda. Tapi zaman telah berubah, berkat itulah kami mendapat suatu kisah nan tak jauh berbeda dengan nan dialami oleh anak muda zaman sekarang, cinta,

Si engku yang tampaknya duda ini agaknya kena tikung oleh kawannya sesama main balak[1], perjodohan nan telah di depan mata menjadi pupus. Selidik punya selidik ia mendapat kabar di lepau tempat ia biasa makan bubua samba[2] di pagi hari kalau kawan main balaknyalah nan punya kerja.

Namun agaknya si engku tiada perlu bermuram hati terlalu lama karena kawannya baru saja mendapat jalan untuk mengenalkannya dengan seorang perempuan. Jauh lebih muda, saudara perempuan dari menantu si engku kawan si engku yang kena tikung. Rencananya petang hari nanti perempuan itu akan pura-pura pergi menziarahi si engku mertua saudara laki-lakinya ini, niatnya tentunya untuk meninjau si engku yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Itulah kabar baik nan disampaikan oleh si engku nan baik hati itu.

Kesimpulan kami; tak peduli masih muda atau sudah tua beruban yang namanya cinta akan selalu datang menghampiri, memberi warna dalam kehidupan.

Dan rumputpun bergoyang,.

____________

Catatan Kaki:

[1] Domino

[2] Lontong

13 thoughts on “Tak peduli usia

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.