Ke Tabib* Gigi

Pict: Gramedia

“Bila terakhir kali tuan ke tabib?” tanya encik Tabib Gigi ini kepada kami. Sejauh yang kami ingat, semasa kanak-kanak ialah terakhir kalinya yang berhasil kami ingat pergi ke Tabib Gigi. Ketika diantar ayah untuk membuka gigi seri kami dahulu. Masih terbayang tempat praktek sang tabib yang terletak di sebuah simpang yang bernama Mandi Angin di bandar kami nan kecil itu. Ramai orang berobat, di halaman muka yang bertepatan dengan ruang tempat prakteknya, si engku tabib membuat semacam taman, di taman itu dahulu tumbuh batang kayu nan rindang.

Kini semuanya telah berubah, baru tadi pagi kami lalu di hadapan ruko tempat praktek sang tabib, kegagahannya telah terkalahkan oleh pesatnya pembangunan dan plang namanya telah berganti, mungkin kini anaknya yang praktek disana. Taman sudah tak ada lagi, digantikan coran semen, demikian juga batang kayu rindang, telah lama tiada.

“Tidak, ini pertama kalinya..” jawab kami atas pertanyaan sang tabib.

Ia menanyakan keluhan kami, lalu kami ceritakan penderitaan kami selama dua pekan ini. Gigi geraham sebelah kiri bagian belakang terasa sakit. Sebelumnya gigi sebelah kanan telah lebih dahulu ngilu-ngilu apabila terkena air dingin. Kami katakan pula bahwa kami terbiasa mengunyah dengan gigi sebelah kiri dan hampir tidak pernah memakai yang sebelah kanan.

Encik tabib iini masih muda, dengan dibantu seorang perawat yang masih belia ia memeriksa kami. Malu sebenarnya memperlihatkan mulut busuk kami serta susunan gigi yang tak rata itu pada seorang perempuan muda, namun apa hendak dikata, memang pekerjaannya menyuruh orang mengangakan muncungnya guna diperiksa gigi dalam muncung itu.

“Terjadi pembengkakan pada gusi tuan, gigi geraham sebelah kanan telah ada yang berlubang pada beberapa bagian. Karang gigi tuan juga sudah sepatutnya dibersihkan. Bilakah terakhir kalinya tuan membersihkan karang gigi?” tanyanya.

Kami jawab belum pernah, padahal tadi di awal sudah dijawab bahwa ini pertama kalinya kami pergi ke dokter gigi semenjak kanak-kanak dahulu “Elok dibersihkan karang gigi dan ditambal geraham yang berlubang”

“Bagaimana dengan gigi geraham sebelah kiri nan sakit ini?” tanya kami.

“Kita bersihkan karang giginya, diberi obat, dan mulai membagi kerja antara kiri dan kanan dalam mengunyah. Kalau dapat jangan dipakai dahulu sampai peradangannya benar-benar sembuh..” jawab Si Tabib “Jadi kini langkah apa yang tuan pilih?” tanyanya lagi

Kami putuskan untuk meminta rekomendasi dari Si Tabib sahaja, ia menyarankan agar dibersihkan karang gigi dahulu. Karena baru pertama kali, kami cukup grogi, Si Tabib kata masanya bisa berlangsung paling lama satu jam. Dengan dibantu juru rawat, ia mulai membersihkan karang gigi kami.

“Berapa umur tuan..?” tanyanya tatkala sedang memeriksa kami. Setelah kami beri tahu umur kami tahun ini, ia memanggil kami dengan panggilan abang.”Akan terasa ngilu disaat kami mulai bekerja, bahkan kemungkinan ada yang terasa sakit. Apabila sudah tak tertahankan lagi, segera abang beri tanda agar kami dapat berhenti. Jangan dipaksa untuk menahan..” arahannya sebelum memeriksa kami.

Dalam proses pembersihan, kami dibaringkan di kursi yang dapat direbahkan sandarannya, dan selama pembersihan berlangsung ia merendahkan sandaran kursi dan bekerja tepat dalam arah tatapan mata kami. Karena tak sopan kiranya menatap sang dokter, kami picingkan sahaja mata ini selama proses pembersihan itu.

Demikianlah satu jam terlama kami mengangakan muncung dihadapan seorang perempuan muda. Untung ia memakai songkok hidung sehingga bau mulut kami ini tak sampai mengganggu dirinya.

==========

* Tabib berasal dari Bahasa Arab, kata ini sempat populer terutama di negeri-negeri penganut Kebudayaan Melayu sebagai padanan kata dokter yang berasal dari bahasa Belanda. Dan pada awalnya, sekolah kedokteran yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bernama Sekolah Tabib Tinggi. Namun kemudian kata Tabib mengalami mengecilan makna bahkan cenderung ‘pelecehan’ dengan menyamakannya dengan Dukun atau Pengobatan Tradisional.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.