Semut nan kena injak

Picture: http://wallpaperstone.blogspot.co.id/
Picture: http://wallpaperstone.blogspot.co.id/

Lawakan, komedi, humor, atau apalah tuan menyebutnya. Agaknya itu dapat sebagai penawar bagi hati nan gundah, hanya agak beberapa saat tuan. Mengalihkan fikiran kata orang, namun sesungguhnya amatlah payah mengerjakannya karena lepas itu fikiran gulana itu akan kembali menghampiri.

“Bagian dari perjalanan hidup kata tuan,.” ya kiranya benarlah demikian. Ada masa dimana kita mesti menerima segala penghakiman atas apa nan disangkakan. Terjepit di tengah-tengah pertikaian dua kekuatan besar, bak kata pepatah gajah nan berkelahi, semut nan kena pijak.

Sungguh mengherankan tatkala kearifan itu hilang, tergantikan oleh sangkaan “Kalau dibalikpun, tuanpun akan bersikap serupa dengan mereka..” pendapat tuan kepada kami.

Mungkin, terkadang kita lupa dan hanyut oleh perasaan rusuh nan terlalu dalam menggenggam sanubari. Ditambah ulat bulu dan tukang kipas nan sedia mengipas-ngipasi hati nan duka itu. Tentulah bara itu akan menjadi api jua akhirnya.

Segala kenangan indah, suka ataupun duka, gelak tawa bersama, ataupun penat dan lelah nan sama-sama dirasa tinggallah kenangan belaka. Semua berubah tatkala hati itu buta akan kebersamaan nan pernah dilalui “Dua orang kekasih nan sangat mencintaipun akhirnya dapat saling benci hanya karena perkara sepele..” tingkah tuan.

Ya, benar kiranya. Dan tatkala kepala itu telah dingin dan hati itu telah reda gejolaknya barulah kemudian sesal nan didapat. Padahal kita telah saling menyakit, berprasangka, dan saling tuduh. Maka saat itu berlaku kata pepatah nan lain; sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.

4 thoughts on “Semut nan kena injak

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.