Berjalan ke Utara[2]: Musthafawiyah

Picture: https://www.facebook.com

Lepas dari Kotanopan pemandangan nan tersaji sungguh menyejukkan hati, di tepi jalan ramai tersua kanak-kanak hilir mudik berkopiah, bergamis, berkain sarung, berkerudung (hijab), dan berbaju kurung. “Mengaji dimanakah mereka ini?” demikian pertanyaan dalam hati kami.

Selain itu pemandangan ganjil lain tampak pula, kanak-kanak berseragam pramuka ramai menaiki angkot. Ada yang duudk di atas angkot (bukan hanya di dalam angkot) dan ada pula nan ramai bergayut di pintu angkot. Agaknya mereka ini anak sekolah umum yang pulang sekolah lepas Jum’at.

Kemudian kami sampai ke sebuah kawasan yang bernama Purba Baru, jumlah kanak-kanak lelaki dan perempuan berpakain muslim semakin ramai. Rupanya mereka ini ialah murid-murid pesantren yang tempat mereka menuntut ilmu dikenal dengan nama Pondok Pesantren Purba Baru sedangkan nama sebenarnya ialah Pondok Pesantren Musthafawiyah.

Pondok pesantren tersebut didirikan oleh Tuan Guru Muhammad Yatim yang tatkala mengaji di Mekah mendapat nama baru yakni “Musthafa” dari gurunya yang berarti “Orang Pilihan.” Kelak setelah membangun pendidikan di kampung halamannya ia menjadi Rais Syuriah NU tatkala persyerikatan tersebut didirikan di Tapian Nauli.

Ciri khas dari pondok pesantren ini ialah bangunan asrama bagi murid-muridnya bukan berupa rumah besar ataupun gedung bertingkat. Melainkan semacam dangau[1] yang ramai didirikan sepanjang Jalan Lintas Sumatera tersebut. Saling berhimpitan dengan rumah penduduk dan apabila dipandangi lamat-lamat maka sudah serupa perkampungan tersendiri ia.

Sungguh menarik hati kami, tatkala singgah di Kotanopan kami Shalat Jum’at di Masjid Muhammadiyah dan tak berapa jauh dari sana terdapat pondok pesantren yang beraliran nahdiyin. Kejutan-kejutan lain akan segera susul menyusul..

__________________________________

Catatan Kaki:

[1] Gubuk

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.