Si Pertapa

Picture: http://www.sciencebehindindianculture.in

Kami tak begitu menggemari kisah tahayul seputar pulau seberang. Namun pada suatu malam di hari Sabtu entah kenapa kami mahu-mahu sahaja dibawa pergi ke sebuah pantai yang katanya sangat bertuah dengan ratunya yang entah kenapa sedari dahulu tak pernah mati.

Pukul dua belas lewat kami bersama kawan-kawan berangkat. Tidur sepanjang perjalanan, dan begitu sampai dua orang nan punya kehendak membawa kami dan kawan-kawan ke sini pergi begitu saja meninggalkan kami. Kedua jantan-betina itu pergi entah kemana.

Sungguh aneh, dan tak tahu malu. Serta merta kami menjadi geram, tak ada lagi minat untuk melihat pantai nan selalu disebut-sebut oleh Si Jantan yang katanya pernah bermimpi dimasa kanak-kanak berada di pantai ini. Serupa orang dungu kami dan kawan-kawan menanti di sebuah warung di tepi pantai itu. Begitu minuman yang kami pesan habis, akhirnya kami semua habis kesabaran.

Cis, perempuan sundal dan lelaki jahanam itu! Kenapa tak memesan kamar sahaja mereka di hotel. Ini malah berasyik-masyuk di tepi pantai pada tengah malam. Memanglah kalau sudah murah dan lacur, seorang perempuan rela melakukan apa sahaja demi mendapatkan burung dari Si Jantan yang digilainya.

Namun setidaknya beberapa hal kami catat. Pertama, para pedagang makanan masih menggelar dagangannya. Kedua, ada beberapa orang yang tergila-gila dengan tuah ratu mereka, di tengah malam ini mencari keberkahan dari sang ratu. Dan ketiga, ialah terdapat beberapa orang pelancong bengak yang dengan dungu dimanfaatkan oleh dua orang kawannya.

Kami penasaran dengan yang kedua, dengan dikawani seorang kawan kami pergi menengok orang nan sedang berdiri ditepi pantai dengan pakaian serba hitam sedangkan dua orang lainnya berdiri di belakang. Satu orang laki-laki yang duduk bersila di atas pasir sambil sesekali mengambil gambar kawannya nan sedang mencoba ilmu di tepi pantai. Adapun nan seorang lagi, seorang perempuan berdiri di belakang si lelaki kedua sambil memangku anaknya.

Entah berapa lama si lelaki dengan pakaian serba hitam itu berdiri di tepi ombak, menggerak-gerakkan tangannya ditengah hempasan angin laut yang cukup sejuk. Namun tatkala kami kembali untuk kedua kalinya, rupanya pertapaannya telah mencapai ujung. Segera ketiga orang itu balik menuju kendaraan mereka. Salah seorang dari mereka mengambil gambar kami nan sedang menanyai perempuan yang rupanya isteri dari si pertapa. Entah untuk apa, mungkin sekadar kenang-kenangan bagi mereka.

Perjalanan malam itu sungguh mengesalkan, kena tipu awak..

Baca juga: Woman who love dog

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.