The Heir

Pandeka Kaciak || The Little Warrior
Sabai nan Aluih Park, Bukit Tinggi, West Sumatera
[Sunday, Mei 15, 2016]

Pagi menjelang tengah hari, ketika itu suasana cukup tenang di Taman Sabai nan Aluih. Di taman inilah Jam Bertuah yang menjadi kebanggaan bandar kami terletak. Hanya riuh rendah suara pedagang nan bercampur dengan suara pelancong. Cukup banyak orang nan datang apabila dibandingkan dengan hari Ahad biasa. Maklumlah anak kelas tiga baru saja selesai ujian.

Beragam negeri asal para pelancong apabila dipandangi dari cara berpakaian mereka. Walau masih dalam republik ini, namun keadaan setiap daerah berbeda-beda. Apabila tuan berkesempatan datang ke bandsr kami ini dan berkenan meluangkan waktu agak beberapa jam pada hari libur untuk tegak-tegak di sekitar Jam Gadang. Maka akan banyak tuan dapati paha mulus, bahu putih, punggung nan berambut halus, leher nan jenjang, serta susu dan pinggul yang dibungkus rapi serupa membungkus lapek[1]. Kata seorang kawan kami “Sungguh kejam nian Kaum Perempuan itu. Pandai mereka menyiksa bathin kita Kaum Lelaki ini..”

Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil patroli, rupanya mobil itu merupakan kepala dari barisan rombongan Kafilah Khatam Qur’an salah satu masjid jami’ di bandar ini. Cukup panjang dan banyak mereka dan nan menjadi ekor dari rombongan ini ialah barisan penabuh Tabuah Tansa.

Barisan terakhir inilah nan menjadi perhatian sekalian orang nan ada di Taman Sabai nan Aluih. Sungguh ramai suasana, semarak taman ini dibuatnya. Seolah-olah hanya mereka saja rombongan kafilah ini. Perhatian sekalian orang tertuju pada mereka, nan berdagang menghentikan perniagaan mereka, nan asyik berselfi ria mengalihkan kamera hape mereka, nan tegak-tegak mulai beringsut mendekat, nan beranak menggiring atau memangku anaknya untuk melihat, nan jauh bergegas mendekat.

Maka riuh rendahlah suasana di Taman Sabai nan Aluih. Kebanyakan kanak-kanak, remaja, dan kaum laki-laki larut dalam tabuhan gendang mereka. Syukur kami tiada larut, kalau ikut pula tentulah tak jadi mengambil gambar.

Cukup lama mereka bermain dan menari, dengan disirami air mineral bertambah semangatlah mereka. Kemudian salah seorang ketua mereka memberi tanda, saatnya para pemain pencak[2] masuk ke arena. Maka dibuatlah lingkaran sembari para penabuh gendang ini tetap bermain.

Pertama masuk ke arena dua orang pesilat perempuan, masih gadis remaja mereka. Mungkin murid sekolah SMP atau SMA mereka itu. Dengan diiringi guguhan Tabuh Tansa mereka bermain. Sungguh rancak sekali melihat anak gadis mempertontonkan keahlian memainkan permainan lelaki. Bahkan dipenghujung pertunjukan mereka menggunakan pisau. Disaat menjelang akhir inilah salah seorang anggota penabuh Tabuah Tansa pingsan kelelahan. Mungkin karena terlalu bersemangat bermain tiada henti sedangkan mereka mesti berjalan mengekori rombongan kafilah.

Setelah penabuh gendang yang pingsan tadi digotong keluar lingkaran dan dirawat, maka kawan-kawannya nan lain kembali ke arena, melanjutkan menabuh gendang guna mengiringi permaian pencak berikutnya.

Permainan kedua ialah kanak-kanak lelaki yang kemungkinan masih murid SD mereka itu. Permainan kedua kanak-kanak ini tak kalah dengan permainan pemencak nan pertama. Bahkan menurut kami lebih bagus. Menjelang akhir permainan mereka juga menggunakan pisau. Sungguh menarik hati salah satu kesenian peninggalan nenek moyang kami orang Melayu ini ada pewarisnya.

Selesai kanak-kanak ini bermain maka ditutuplah arena dengan lantunan TabuhTansa yang semarak itu. Berakhir guguhan tabuh mereka maka berakhir pulalah pertunjukan mereka di Taman Sabai nan Aluih.

—————————————————
Catatan Kaki:
[1] Makanan khas Minangkabau yanh dikukus dan dibungkus dengan daun sehingga bentuk lapeh iji terlihat jelas dari bungkusnya.

[2] Pencak ialah gerakan langkah menghindar yang disertai unsur-unsur keindahan untuk dipertontonkan sebagai hiburan kepada khalayak. Silat ialah ilmu bela diri yang memiliki langkah-langkah (metode, teknik, jurus) seperti menyerang, menangkis, ataupun mengunci lawan. Sedangkan Pencak Silat ialah suatu seni pertunjukan bela diri yang memadukan unsur-unsur silat dan keindahan sehingga menarik, menghibur, dan patut dipertontonkan. – at Jam Gadang Bukittinggi

View on Path

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.