
Pada suatu Ahad petang hari tanggal 27 September tahun 2015, jalanan di Lembah Anai macet. Bus nan kami tumpangi dari Padang terhenti di Kayu Tanam tak jauh dari INS Kayu Tanam, tak terbayanglah betapa panjangnya ini dan bagaimana pula keadaan kendaraan nan dari Bukit Tinggi. Ketika itu sopir bus kami langsung mengambil tindakan cepat “Lalu ke Malalak kita..” ucapnya entah kepada siapa.
Malalak ialah salah satu nagari di Luhak Agam yang beberapa tahun nan silam dibuat orang jalan alternatif antara Padang dan Bukit Tinggi. Kata orang nan pernah melaluinya pemandangan di jalur ini sangatlah elok sangat. Sudah semenjak lama kami berkeinginan agar dapat lalu ke nagari ini untuk membuktikan ucapan orang-orang tersebut.
Dan tampaknya keinginan kami terkabulkan pada petang hari Ahad ini. Namun sayang, kami hanya dapat lalu saja, tiada dapat menikmati pemandangan di kawasan ini. Bagaimana mungkin dapat menikmati, nan kami dapati sepanjang jalan ialah kelamnya malam dan kabut asap dimana-mana. Kami hanya dapat mereka-reka pemandangan disana tatkala menengok ke luar jendela bus. Kerlap-kerlip lampu-lampu dari rumah orang nun jauh disana, jalan mendaki yang tampaknya cukup curam dimana bus kami terpaksa berjalan lambat, bahkan menurut sangkaan kami si engku sopir sempat mengganti giginya ke gigi satu.
Jalanan disini masih lengang karena tak menjadi prioritas utama bagi pengguna jalan. Kami dapati beberapa kendaraan nan melalui jalan ini berselisih dengan kami. Sama agaknya tujuan kita, sama-sama ke Bukit Tinggi. Bahkan dua buah bus jurusan Bukit Tinggi berhasil dipotong oleh engku sopir.
Demikianlah keadaan disini, semoga jalur Mak Itam segera diaktifkan oleh pemerintah, tak kepayahan lagi kami nan sering bolak-balik antara kedua kota ini..
*http://ranahberita.com/20751/cuaca-cerah-lalu-lintas-di-jalur-sicincin-malalak-lancar