Kehidupan Beragama kita Masa sekarang

Ilustrasi Gambar: Internet
Ilustrasi Gambar: Internet

Kami tak dapat mengigat bila terakhir mendapati Khutbah Jum’at yang panjag serupa Jum’at kali ini[1] yang panjangnya sekitar kurang lebih 45 menit. Kami akui kalau kami agak kurang khusyuk mendengar khutbah karena menginjak menit ke 30 kami semakin sering menengok jam di tangan kami.

Sag Khatib patut dihargai karena memiliki tujuan baik yakni menyampaikan kebenaran dan menegakkan yang haq. Memberi ingat kepada jama’ah bahwa pada masa sekarang sifat “saling mengingati” sedang berada di titik yang mencemaskan. Tiada lagi kesalahan yang ditegur melainkan dipandangi begitu saja “Mungkin orang-orang merasa sakit hati duhai Tuan, apabila diberi ingat, mereka tiada merasa bersalah. Justeru yang memberi ingat mendapat murka dari mereka..”

Khatib juga menjelaskan antara dakwah dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Dakwah ialah dengan tegur sapa, tiada boleh memakai amarah, kesal, dan sempit hati. Berlainan dengan amar ma’ruf nahi mungkar yang memang diiringi dengan ancaman. Khatib mencontohkan “Kepada orang bayak kita berdakwah, tiada perlu menjadi seorang ulama atau memiliki pengetahuan agama yang tinggi. Memberi ingat apabila salah, menegah[2] apabila terlongsong,[3] dan tiada boleh lupa senyuman mesti teroles di muka, tiada boleh meninggikan suara, membentak, apalagi marah, engku-engku Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah Ta’ala”

“Namun terhadap anggota keluarga sendiri serupa anak-anak, maka kita menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, contoh; apabila anak kita telah kita suruh untuk mengerjakan shalat ketika waktu telah masuk, apabila mereka tiada hendak mendengarkan, masih bermalas-malas dengan kegiatan mereka maka kita mesti memberi ancaman atau marah kepada mereka. Kasarnya engku-engku; ananda, engkau berasal dari daku, hidup di rumah daku, makan dari mata pencaharian daku, pakaian yang ananda pakaipun merupakan hasil jerih payah daku. Maka apabila ananda tiada hendak menuruti kata ayah yang menyerukan kepada perintah agama dan bersesuaian pula dengan adat kita di Minangkabau ini. Maka ananda carilah orang tua selain ayah dan bunda, keluarlah dari rumah ini, serta tanggalkan seluruh kepunyaan ananda yang berasal dari kami..” lanjut Sang Khatib.

Kemudian ada pula cerita Khatib[4] perihal kelakuan orang sekarang dalam memilih tempat pendidikan bagi anak-anak mereka “Ada pula orang tua duhai engku-engku sekalian, dalam memilih sekolah, apabila anaknya pintar, selalu mendapat juara di sekolah maka akan dimasukkan ke Sekolah Umum, kalau anaknya biasa-biasa saja dimasukkan ke sekolah agama, namun kalau anaknya nakal maka akan dimasukkan ke pesantren. Pernah ada salah seorang orang tua murid datang kepada saya; Tuanku,[5] tolonglah saya ini, telah payah saya mendidik anak namun kelakukuannya bukan bertambah baik tapi malah tambah kurang ajar.[6] Oleh karena itu saya bawa kesini, agar dapat Tuanku ajari. Mudah-mudahan ada berubah kelakukannya..

“Bagaimana kiranya pendapat engku-engku sekalian? Patutlah agama dan ulama kita dipandang rendah oleh umat Islam sendiri pada masa sekarang. Orang yang masuk ke sekolah agama dan kemudiannya menjadi ulama ialah orang-orang terbuang serupa ini. Syukur-syukur mereka ada berubah, namun kalau tidak!? Orang-orang akan menyalahkan “Anak Sekolah Agama”. Tengoklah itu kelakukan anak sekolah agama!?; kata mereka dalam pergaulan sehari-hari..” kisah Sang Khatib.

Khatib berkhutbah sambil bercerita, sebagian ada yang dikarang-karang untuk pemanis. Bagus memang kami serasa sedang mendegarkan tausiyah dibuatnya. Hal ini karena Sang Khatib pada beberapa kesempatan dalam bercerita sering menaikkan dan menurunkan suaranya serupa orang mendongeng.

[1] 01 Zulhijjah 1435 / 26 Sept 14. Salah satu Sunat Khutbah ialah “memendekkan kkhutbah”

[2] Melarang

[3] Terlanjur

[4] Sebenarnya pengalaman Khatib sendiri sendiri selama mengajar di Pondok Pesantren.

[5] Tuanku, buya, syech ialah panggilan ulama dalam masyarakat Minangkabau tradisional.

[6] Nakal

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.